XMsD68HnejBXABBaSiR3nl4DhiBV28OkDfbqDe4F

Suara Ibu Yogyakarta: Bukti Cinta dan Peduli Kami pada Bangsa dan Generasi Muda

 

Pengunjuk rasa mengepalkan tangan ke atas, wujud kepedulian terhadap kondisi bangsa dan mahasiswa di Titik Nol, Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, (29/03). Foto: Maheswara 



Beragam polemik yang ditimbulkan dari pengesahan UU TNI masih terasa sampai sekarang. Publik telah menggelar beribu unjuk rasa agar UU tersebut dapat dicabut, namun sampai saat ini wakil rakyat belum merespon.


Malioboro menjadi saksi bisu  perlawanan masyarakat Yogyakarta dalam menyampaikan ketidakadilan penguasa. Aksi Damai Suara Ibu Indonesia Yogyakarta pada Sabtu, 29 Maret 2025 menjadi salah satu perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat terutama para ibu dalam merespon disahkannya Undang-Undang Tentara Negara Indonesia (UU TNI).


Sekitar pukul 14.00 WIB, Suara Ibu Indonesia Yogyakarta mulai  mengangkat spanduk penolakan dengan gagah. Berbagai orasi turut digaungkan sebagai bagian dari ekspresi demokrasi. Tiap-tiap tuntutan dilayangkan untuk reformasi kembali ke jalan yang benar.


“Kami juga mendesak pemerintah untuk segera membatalkan UU TNI dan menolak RUU POLRI. Kedua regulasi ini berpotensi memperluas peran aparat keamanan, baik militer maupun kepolisian, dalam kehidupan sipil,” seru sang orator dengan lantang.


Tidak hanya menuntut pembatalan UU TNI dan RUU Polri, Suara Ibu Indonesia Yogyakarta juga menyampaikan rasa pilu terhadap kekerasan yang telah dilakukan oleh instansi keamanan negara. Dalam pernyataan sikapnya, terdapat 136 kasus kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan 12 kasus kekerasan yang dilakukan oleh personel TNI selama demonstrasi UU ini berlangsung. 


“Praktik kekerasan ini melanggar HAM, mengancam kebebasan berpendapat, dan melawan konstitusi. Praktik kekerasan kepada warga sipil salah satu tanda kemunduran kualitas demokrasi di Indonesia dan penyempitan ruang sipil,” ucap sang orator.


Salah satu pengunjuk rasa, Ibu Sari, ikut serta membentangkan perlawanan dan kepedulian dalam aksi ini. Sebagai seorang penulis dan peneliti, ia tidak bisa tinggal diam melihat kondisi negara saat ini. 


“Yang jelas kita tidak bisa diam melihat negara yang makin hari makin seperti ini. Negara makin hari bikin gemes aja. … Ini menumpuk, bukan hanya TNI, menumpuk (masalah lainnya juga),” tambahnya.


Berdasarkan pandangannya, kondisi bangsa saat ini bukan hanya tentang UU TNI, tetapi juga menyangkut demokrasi dan nilai reformasi yang telah dikebiri habis-habisan. Oleh sebab itu, ia berharap bahwa pemerintah kedepannya dapat menata negara menjadi lebih baik dan mampu mendengarkan aspirasi rakyatnya. 


“(Semoga) Indonesia makin baik, kita ga perlu ada demo-demo, ga perlu berisik di media sosial. Kita ga dikata-katain kampungan, ndasmu-ndasmu, kaya gitu. Mereka (pemerintah) kalau bisa menata dengan benar aku bisa terima kok,” pungkas Ibu Sari mengakhiri wawancara. 


Aksi damai berjalan kondusif. Setelah aspirasi disampaikan, mereka melakukan pernyataan sikap sebagai tanda berakhirnya aksi pada pukul 15.15 WIB.

  


Maheswara

Reporter: Maheswara 

Editor: Ariska Sani


Related Posts
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar