Ilustrasi : Adam |
Menjelang akhir tahun, UNY kembali meluluskan lebih dari
3.000 mahasiswa dari jenjang sarjana hingga doktoral, tepatnya pada 30 November
hingga 1 Desember 2024. Wisuda kali ini berbeda dari wisuda sebelumnya.
Sejak SK UNY mengenai ketentuan wisuda beredar, munculnya
frasa “pembayaran toga” menjadi topik yang ramai diperbincangkan di X (dulu
Twitter). Dalam edaran itu, tampak jelas kop UNY serta tanda tangan
Sumaryanto–rektor saat ini. Postingan itu diunggah dalam akun @jogjamfs.
Perbincangan itu tidak hanya ramai di X. Isu tersebut juga
ramai di Grup Whatsapp wisudawan. Mereka menyoroti kondisi toga yang
didapat tampak tidak seperti dalam keadaan baru. Bahkan, sejumlah mahasiswa
membandingkan aturan wisuda kini dengan periode sebelumnya, yang tidak
dikenakan biaya.
Periode sebelumnya, toga cukup dipinjamkan oleh pihak
kampus. Para wisudawan hanya perlu merogoh kocek sebagai uang jaminan, lalu
uang itu akan dikembalikan setelah wisudawan mengembalikan toga yang digunakan.
Praktek yang lumrah terjadi pada periode wisuda yang telah lalu, kini berubah.
Para wisudawan diwajibkan untuk “membeli” melalui narasi, “… toga yang
semula berupa pembayaran jaminan toga, … dialihkan menjadi pembayaran toga dan
toga menjadi hak milik wisudawan/wisudawati ….” Pemberitahuan ini
rilis melalui nomor surat B/1245/UN34/WA.00/2024, dengan kop Universitas Negeri
Yogyakarta.
https://x.com/jogjamfs/status/1861169275945259180?t=Ip0gueYMrm-kf69QPTqlNg&s=19 |
Kesaksian para Wisudawan-Wisudawati UNY
Sejumlah wartawan Philosofis, mulai menanyakan isu ini kepada beberapa wisudawan dan wisudawati. Terdapat enam narasumber yang berhasil diwawancarai, dan seluruhnya mengonfirmasi kebenaran informasi tersebut. Ditambah lagi, toga yang mereka dapatkan dalam kondisi yang tidak layak.
“Memang sebelumnya itu menyewa dengan uang jaminan. Setelah itu dikembalikan lagi uangnya, tetapi entah kenapa untuk periode November ini, kami para wisudawan diharuskan untuk membeli,” keluh Tuti (bukan nama sebenarnya), salah seorang wisudawati UNY.
“… Ada beberapa bagian yang sedikit kotor dan untuk topinya memang agak letoy. Toganya kemarin benar-benar bau kamper seperti sudah disimpan lama. Topinya bau apek dicampur dengan pewangi laundry jadi agak gimana gitu,” tambah Tuti, ketika menceritakan kondisi toga yang didapat.
Mahasiswa lain dari FBSB turut menjelaskan, adanya adik tingkat yang diminta oleh UNY untuk menyortir toga-toga tersebut. Sebelum pengambilan, Yasmin (bukan nama sebenarnya) mengaku masih mencoba menenangkan diri.
“Mana mungkin mahal, tapi bekas,” katanya menyuarakan hati. Namun, setelah mendapat informasi dari adik tingkat, harapannya pun pupus. Toga yang diberikan tampak memang bekas, sehingga perlu penyortiran untuk memilah toga yang masih dalam kondisi baik.
“Topi atasnya patah dan mleyot. Talinya juga sambungan kayak udah putus terus dibakar disambung gitu.” Ia lanjut menjelaskan kondisi toga yang didapatnya.
“Misal memang mau ngejual yang bekas, mungkin bisa lebih dipilah-pilah layak atau tidaknya. Minimal diberi pengharum bukan cuma kapur barus. Harga 350 loh ini, bekas dan gak wangi. Bahkan packing-nya cuma kresek putih,” ucapnya dengan nada kesal.
Ketika kami tanya terkait tindak lanjut dari pihak kampus, Yasmin mengatakan bahwa toga yang rusak boleh ditukar ke Subdit Akademik. Namun, lagi-lagi kondisinya masih tetap toga bekas.
Kondisi ini tidak hanya disesalkan oleh para wisudawan dan wisudawati saja. Tetapi, sejumlah orang tua yang mengetahui kondisi itu, juga mengutarakan kekecewaannya.
“Kecewa banget atas kondisi itu, mereka (kedua orang tua Tuti) telah mengusahakan terbaik untuk anaknya, termasuk untuk pelaksanaan wisuda.… Momen anaknya yang hanya sekali seumur hidup wisuda, tapi tercoreng oleh atribut bekas,” pungkas Tuti, ketika menceritakan kondisinya kepada kedua orang tuanya.
Ketentuan Toga Wisuda di Kampus Lain
Kondisi yang diterapkan UNY, sangat kontras dengan kampus lain. Jika UNY menerapkan biaya dalam pembelian toga, kampus lain justru tidak menerapkan biaya sepeserpun bagi para mahasiswanya.
Nala (bukan nama sebenarnya), salah seorang wisudawan UGM 2024, menuturkan mekanisme yang dilakukan untuk mendapatkan toga di kampus itu.
“Jika di UGM, mahasiswa tinggal meminjam toga saja dari kampus. Para mahasiswa yang sudah melaksanakan sidang akhir, hanya perlu menginput data pada satu web. Jika sudah selesai mengisi, mahasiswa hanya perlu mengunduh form, dan memilih ukuran toga. Tanpa perlu membayarkan uang ke pihak kampus,” ungkap Nala, ketika ditemui wartawan Philosofis, pada Kamis, 28 November 2024.
Kondisi serupa juga dialami Rudi (bukan nama sebenarnya), wisudawan UIN Sunan Kalijaga, periode 2024. Wisudawan asal prodi Biologi itu, menguraikan mekanisme peminjaman toga, di kampus Islam tersebut.
“UIN Sunan Kalijaga juga sama seperti UGM, tidak ada nominal biaya untuk peminjaman toga. Jika UGM, para mahasiswa perlu mengisi form tertentu. Kami (para wisudawan UIN), justru sangat sederhana, cukup pergi ke bagian Tata Usaha (TU), lalu mengatakan ingin meminjam toga,” sebutnya, dengan nada tenang.
“Tidak ada ungkapan nominal angka sebagai uang jaminan, apalagi untuk membeli toga. Ndak sampai di situ, saat pengembalian toga pun, kampus tidak mematok waktu tertentu. Aku mengembalikannya dua minggu setelah wisuda yang biasanya tiga hari oleh teman-teman yang lain. Dan aku tidak mendapati nota atas perbedaan waktu dengan teman-temanku,” tambahnya, saat menjelaskan mekanisme itu.
Konfirmasi dari Pihak Kampus UNY
Kamis, 28 November 2024, tim wartawan Philosofis mencoba untuk mengkonfirmasi langsung permasalahan ini kepada Subdit Akademik. Sayangnya menurut keterangan dari staff yang kami temui, Dr. Yuyun Farida, Kepala Subdit Akademik sedang melakukan rapat bersama Direktur Subdit Akademik, Prof. Dr. Guntur, serta Rektor Sumaryanto.
Kami menunggu lebih dari dua jam, sejak setengah dua siang hingga pukul empat sore, pihak-pihak terkait masih belum dapat ditemui. Pesan singkat yang kami kirim pun belum mendapat tanggapan sejak Selasa, 26 November 2024.
Selama menunggu, kami bertemu dengan beberapa wisudawan yang hendak mengambil toga. Salah satunya seorang wisudawan magister pendidikan. Wisudawan itu menyebut, terdapat mekanisme berbeda dari isu yang beredar.
Ia masih mengenakan metode lama, dimana toga dipinjamkan dengan syarat memberikan uang jaminan, sebagaimana pola periode sebelumnya. Sayangnya sampai berita ini dimuat, pola ini belum dapat terverifikasi kebenarannya.
Hingga tulisan ini dipublikasikan, pihak birokrasi belum menanggapi pesan yang kami kirim. Sehingga belum memperoleh keterangan lebih lanjut.
Ariska Rafika
Editor: Wisnu Yogi
Reporter: Ainun Zeva, Alif Ariga, Ariska Rafika
TOP!
BalasHapusGaya penulisan yang bagus...
BalasHapus