Situasi di dalam mushola FISHIPOL UNY. Foto oleh Syahi/PHILOSOFIS |
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini terjadi, seperti keterangan dari salah satu mahasiswa program studi PPKN 24, Andhika Diaz Satya Atmadja, atau yang akrab dipanggil Diaz. Ia menyatakan bahwa kebersihan fasilitas ibadah menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan, termasuk kebersihan tempat wudhu, sajadah, mukena, dan beberapa fasilitas lainnya.
“Dari segi fasilitas, lantai di tempat wudu masih licin dan belum melihat alat-alat seperti kain pel untuk dibersihkan,” kata Diaz.
Diaz juga menyoroti kurangnya pembatas antara laki-laki dan perempuan.
“Kadang ada yang membuka atau mengganti kerudung, atau mungkin mau memakai mukena, tetapi orang lain bisa melihat. Sementara itu, bagi laki-laki, mobilitas mereka memungkinkan untuk melihat ke kanan, kiri, samping, dan belakang, sedangkan perempuan hanya bisa melihat ke depan, kanan, dan kiri, tidak sampai ke belakang,” lanjut Diaz.
Kenyamanan adalah prioritas dalam beribadah, sehingga kita dapat fokus dan konsentrasi dalam menyembah kepada tuhan kita, faktor-faktor tersebut hanya sebagian kecil dari minimnya fasilitas yang diberikan. Faktor penting yang juga sering dilupakan adalah alat kebersihan. Menurut keterangan dari Diaz bahwa ketersediaan alat kebersihan yang memadai sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan fasilitas ibadah. Tanpa adanya alat yang cukup, upaya menjaga kebersihan akan sulit dilakukan.
Keterangan yang sama diucapkan oleh salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi yang akrab disapa Ajmala. Ia mengomentari terkait kondisi lantai di tempat wudu yang licin akibat dari saluran air yang tersumbat.
“Lantai keramiknya, bahkan kadang aku temui saluran airnya tersumbat, sehingga agak menggenang di bagian yang kering,” ucap Ajmala.
Ajmala kerap kali menemukan perlengkapan sholat yang kurang bersih sehingga ia kurang nyaman dan lebih baik untuk membawa perlengkapan tersebut sendiri.
“Secara pribadi, saya kurang nyaman jika memakai mukena di Mushola itu. Karena mukena itu seperti terlihat kotor, kusam, dan lusuh. Ada yang tidak rapi saat dilipat, bagian leher mukena masih basah, dan kusut. Lebih baik saya menggunakan mukena sendiri,” bunyi Ajmala.
Ia berharap agar pihak pengelola lebih memperhatikan kondisi fasilitas.
“Dengan perbaikan yang tepat, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung dan nyaman untuk beribadah,” imbuh Ajmala.
“Semoga kedepannya, jika memang perlu direnovasi, bisa segera dilaksanakan. Ini penting untuk fasilitas umum dan kepentingan publik,” lanjut Ajmala terkait saran yang diberikan dengan harapan ada perubahan yang dapat ditingkatkan oleh pihak pengelola musala.
Syahi
Editor : Ahmad Effendi
Reporter : Gio, Nana, Diah, Pipit