Pembacaan Puisi oleh Fathul Wahid pada Aksi Jogja Memanggil. (Foto: Kartiko Bagas) |
Aksi bertajuk Jogja Memanggil digelar pada Kamis, 22 Agustus 2024. Demonstrasi dilakukan untuk mengawal Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 70/PUU-XXII?2024, yang sempat ditolak oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR. Aksi diawali dengan melakukan long march dari Parkiran Abu Bakar Ali, menuju Gedung DPRD, hingga Titik Nol Kilometer. Di sana, satu persatu masyarakat melakukan orasi. Bahkan Fathul Wahid, seorang akademisi, membacakan puisinya di tengah para demonstran.
“Kau abaikan janji-janji yang pernah kau ucapkan…..mencuri mimpi rakyat, merampas hak kemanusiaan, dalam senyuman palsu tersembunyi kebohongan. Di matamu, kebenaran dapat disamarkan. Terserah kamu! kebohongan menuntunmu merambah jalan nista, menutup nurani, menghindari jerit pilu, namun ingatlah, sejarah tak akan terlupa. Pengkhianatanmu akan tercatat di sudut waktu…” begitulah Fathul Wahid membacakan sepenggal demi sepenggal puisinya.
Saat ditemui wartawan Philosofisonline.id, Fathul Wahid mengaku bahwa puisinya tidak disiapkan untuk aksi kali ini.
"Puisi itu saya tulis untuk peluncuran film Pak Artidjo,” ucap Fathul Wahid di tengah massa aksi.
“Ketika tiba-tiba diminta (orasi), saya teringat nampaknya isi puisi itu masih relevan sehingga saya bacakan ulang. Mudah-mudahan isinya dapat menginspirasi dan menggerakkan kita. Puisinya dikemas dalam bahasa yang halus. Semoga tidak mengurangi daya tendangnya," imbuhnya saat aksi massa masih berlangsung.
Ia juga menyebut bahwa ada kerisauan kolektif apabila akademisi sampai turun ke jalan.
"Ya ini banyak akademisi yang turun (demonstrasi), dan menunjukkan bahwa ada kegawatan serta kerisauan kolektif yang dirasakan," tambahnya.
Selain Fathul Wahid, hadir pula Prof. Masduki. Ia berpidato dengan lantang diantara para demonstran.
"Hari ini kita berkumpul untuk melawan rezim. Mereka telah mengkhianati amanat Reformasi. Aksi ini, tak hanya merespon politisi yang mengangkangi Mahkamah Konstitusi, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap dinasti politik," teriaknya dengan lantang.
Di akhir pidatonya, Prof. Masduki juga memekikkan peringatan keras.
"Pak Jokowi segeralah bertobat, stop perbuatan yang bertolak belakang dengan Reformasi," ungkapnya dengan tegas.
Di sisi lain, Fathul Wahid siap menjaga konsolidasi para akademisi, dan berharap momentum ini akan terjaga dalam durasi yang panjang.
"Tampaknya PR-nya masih panjang dan tentu saja kita harus dengan energi yang siap. Untuk waktu yang lama, momentum itu akan kita rawat dan jaga," tutupnya.
Kartiko Bagas
Reporter: Kartiko Bagas dan Hisyam Billya
Editor: Wisnu Yogi