Guntur, perwakilan rektorat bidang Akademik, Kmahasiswaan, dan Alumni. (Foto: Dewa Saputra) |
Selasa, 6 Februari 2024, halaman Gedung Rektorat UNY dipenuhi oleh Aliansi Mahasiswa UNY. Mereka mendesak para guru besar dan dosen untuk menyatakan sikap terkait situasi demokrasi hari ini. Akan tetapi, upaya mahasiswa malah ditolak oleh birokrasi dan menyuruh mahasiswa untuk melakukan aksi di luar kampus.
Beberapa hari sebelumnya, 4 Februari 2024, beredar poster terkait seruan konsolidasi. Dengan tajuk “Sadarkan Rakyat dari Pesta Demokrasi yang Dinodai Secara Terang-Terangan”, mengundang para dosen, mahasiswa, dan civitas akademika UNY untuk hadir pada pukul 13.00 di Teras Rektorat. Namun, acara baru bisa dimulai pada pukul 14.00.
Farras Raihan, selaku koordinator acara, mulai menyampaikan maksud dan tujuan kepada pihak Birokrasi UNY. Walau sempat terjadi diskusi selama 20 menit, pihak rektorat yang diwakili Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, menolak acara pernyataan sikap terhadap situasi demokrasi oleh Aliansi Mahasiswa UNY.
“Kita instansi pemerintah, jika kita menyampaikan segala macam kalau bisa di luar saja,” ucap Guntur, Sekretaris Direktorat Akademik, Kemahasiswaan, Alumni UNY.
Mendengar penolakan dari Guntur, Farras Raihan berusaha untuk bernegosiasi.
“Tujuan kita bukan pernyataan sikap, tapi menekankan diskusi saja, bagaimana Prof?” ujar Farras Raihan yang mencoba berkompromi dengan pihak rektorat.
Alih-alih memberikan jawaban, Guntur justru menanyakan surat izin kegiatan kepada mahasiswa.
“Diskusi dengan siapa? saya di bidang akademik, kemahasiswaan, dan Alumni. Di bidang akademik seluruh kegiatan saya perlu tahu. Seluruh kegiatan yang ingin digelar perlu membuat proposal, tempatnya mana, penanggung jawabnya siapa, Ini kegiatan apa?” tanya Guntur.
Menurut Guntur, seluruh kegiatan mahasiswa harus dilakukan melalui surat izin proposal.
“Saya gak tau kegiatan apa. Kalo ini kegiatan mahasiswa, saya pasti punya proposalnya. Oh ini sudah jelas ada izinnya. Ini ada izinnya engga?” tanya Guntur kembali.
Farras Raihan terus mencoba meyakinkan Guntur. Menunjukan surat pemberitahuan kepada perwakilan kampus.
Akan tetapi, Guntur masih tetap menolak. Apalagi ketika beliau mengetahui kalau isi surat pemberitahuan, menyangkut soal pemerintahan.
“Pemberitahuan itu surat pemberitahuan. Izin atau bukan? Mohon maaf ya, saya baca isinya tentang pemerintahan. UNY ini instansi pemerintah!” ucap Guntur di Teras Rektorat UNY.
Tidak berhenti pada penolakan, Guntur malah menyuruh mahasiswanya untuk keluar dari lingkungan kampus.
“Kalo anda akan mengajak atau memberikan masukkan sebagainya. Bisa dilakukan di luar pagar. Kami hidup dari pemerintah” jelasnya.
Dialog antara pihak birokrasi dan mahasiswa menemui jalan buntu. Diskusi tidak jadi dilaksanakan. Kepada wartawan, Guntur berusaha menjelaskan kalau kampus hanya mengikuti regulasi.
“Tidak ada tekanan dari pihak manapun. Kami netral karena ASN, tidak ada tekanan apapun. Kita hanya mengikuti regulasi,” pungkasnya.
Kartiko Bagas
Reporter: Kartiko Bagas
Editor: Gilang Kuryantoro