Piring besi yang dibawa oleh Demonstran. (Foto: Dewa Saputra) |
Senin, 12 Februari 2024, di tengah terik panas yang
menyengat di pertigaan Gejayan, mendadak bising oleh kerubungan masa aksi.
Kerumunan masa itu terdiri dari berbagai elemen, mulai dari mahasiswa,
akademisi, hingga masyarakat. Dalam aksi bertajuk Aksi Jaringan Gugat Demokrasi
(Jagad), masa aksi membawa pernak-pernik demonstrasi. Mulai dari spanduk,
poster yang berisi kritikan terhadap pemerintah, hingga peralatan yang
menimbulkan bebunyian: kentongan, peluit, dan panci.
Masa aksi berkumpul di Bundaran UGM sebelum melakukan longmarch
menuju Pertigaan Gejayan. Kala mereka berkumpul, aparat kepolisian sudah
tercancang dengan atribut lengkap di sekitar kerumunan masa yang mayoritas
berpakaian hitam.
Setelah mereka berkumpul, Aksi Sejagad ini dibuka dengan
sebuah simbolisasi. Mulai dari memecahkan tujuh kendi, hingga membunyikan
kentongan, peluit, dan piring besi. Bebunyian itu menjadi representasi simbol
alarm bahaya. Alarm bahaya karena hangusnya Demokrasi di pemerintahan Jokowi.
“Para demonstran melakukan simbolisasi dengan membawa tujuh
kentongan dan tujuh gentong. Tujuh itu kalau dalam Bahasa Jawa adalah pitu. Di
balik makna pitu adalah pitulungan,” terang Siti selaku Humas Aksi Sejagad dari
BEM KM UMY.
Siti melanjutkan, masa aksi hari ini berkumpul untuk meminta
pertolongan kepada semesta dan semua orang yang masih peduli terhadap
demokrasi.
Gentong yang berjumlah tujuh itu, menyimbolkan dosa-dosa
Jokowi. “Di dalam gentong tadi kita membaca ada tujuh dosa Jokowi: Rezim
Nepotis, Rezim Proyek Strategi Nasional (PSN), Rezim pelanggaran HAM, Rezim
dinasti, Rezim pengkhianat Reformasi, rezim anti Demokrasi,” jelas perempuan
berkacamata itu.
Setelahnya, gentong yang berjumlah tujuh tadi dipecahkan.
Hal itu menyimbolkan bahwa tujuh ketamakan Jokowi beserta rezim-rezimnya harus
dienyahkan dan dihancurkan.
Selanjutnya, Siti menambahkan bahwa semua warga negara,
terutama para pemilih harus berpikir betul-betul. “Semua pemilih harus berpikir
dua, tiga, empat kali lipat,” terangnya secara lugas.
Tak berhenti di situ, Siti kembali menambahkan. “Berdasarkan
referensi jejak hari ini, masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap HAM
dan Demokrasi,” pungkasnya.
Afwan Almaghfuri
Reporter: Afwan Almaghfuri & Iqbal Fauzan
Editor: Zhafran Naufal Hilmy