Salah satu Massa Aksi, Dwi Hartati, saat diwawancarai Philosofis. (Foto: Adam Yogatama) |
Dua hari sebelum pemilihan umum, tepatnya pada 12 Februari
2024 aksi "Gejayan Kembali Memanggil" digelar. Aksi tersebut diikuti
oleh mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat. Pesan utama yang disuarakan pada
aksi tersebut adalah kondisi demokrasi terkini.
Aksi dimulai dengan titik awal di bundaran UGM. Massa aksi
berkumpul mulai 13.00 WIB. Setelah itu, massa mulai longmarch ke arah Jalan
Gejayan. Sekitar pukul 14.30, massa aksi sudah memenuhi simpang tiga Jalan
Gejayan-Jalan Colombo.
Massa pun memulai aksinya. Beberapa dari mereka menaiki
papan iklan untuk memasang poster tuntutan. Sesudah terpasang, aksi kemudian
dilanjutkan dengan orasi dari pelbagai kelompok masyarakat.
Dari berbagai elemen masyarakat yang mengikuti aksi, awak
philosofis menemui salah satu perempuan paruh baya yang mengikuti aksi.
Perempuan tersebut bernama Dwi Hartati.Ia mengaku ikut aksi karena nuraninya,
sembari mengungkapkan bahwa dirinya juga termasuk yang mengikuti aksi di era
1998.
Poster berisi tuntutan yang dibentangkan Massa Aksi. (Foto: Dewa Saputra) |
"Saya salah satu aktivis 98, saya hadir di sini karena
hati nurani saya untuk mengingatkan pemerintah." ungkapnya pada
philosofis.
Dwi Hartati pun berharap bahwa aksi ini adalah sebagai
pengingat.
"Harapan saya dengan adanya gejayan memanggil ini,
pemerintah paling tidak mendengar bahwa rakyat resah dan ingin pemerintah
bertindak sesuai koridor" harapnya.
Selain Dwi Hartati, awak philosofis juga menemui seorang ibu
yang membawa anaknya dalam aksi tersebut. Ibu tersebut bernama Hikmah Diniah,
kebetulan beliau juga merupakan ketua Forum LSM DIY. Hikmah mengatakan bahwa
dirinya ikut aksi karena kecewa dengan pemerintahan sekarang.
"Banyak kemudian kebijakan pemerintah yang membuat
rakyat tergusur, dipaksa, ditembak militer dan itu terus terjadi, kemudian
demokrasi kini menjadi seperti ini." Ujarnya.
Hikmah pun juga mengaku membawa anaknya dalam aksi karena
anaknya tidak ada yang menjaga.
"Gak ada yang jaga di rumah" ujarnya terkekeh.
Hikmah kemudian mengungkapkan pandangan terkait aksi
tersebut.
"Ini sebagai pendidikan politik terhadap
masyarakat" jawabnya.
Setelah berbagai orasi dari elemen masyarakat, aksi kemudian
dipungkasi dengan sebuah adegan pemenggalan. Massa aksi kemudian membubarkan
diri secara kondusif sekitar pukul 18.00 WIB
Kartiko Bagas
Reporter: Kartiko Bagas dan Riski Bagus
Editor: Dewa Saputra