Karya poster yang dipamerkan dalam pameran (8/1) |
Hari minggu, 8 Januari 2023, mahasiswa Pendidikan
Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2020 kelas B menggelar pameran
kesejarahan bertajuk “Rangkai Revolusi Republik”. Pameran tersebut
dilaksanakan di Gedung Pameran lantai 2 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Kegiatan ini diadakan dalam rangka penugasan Ujian Akhir Semester (UAS) mata
kuliah Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan hingga Kontemporer.
Acara ini berisi beberapa rangkaian kegiatan seperti talkshow,
nonton bareng film bertema kesejarahan, dan tentunya pameran karya. Talkshow
yang diangkat dalam acara ini bertemakan “Langkah Strategis Menanamkan
Nilai Sejarah Pada Generasi Muda di Masa Kontemporer”. Dalam talkshow itu
menghadirkan dua pembicara yaitu Septian Teguh Wijiyanto, M.Pd. dan Ebtana
Sella Mayang Fitri, M.Arch..
Berbagai karya yang dipamerkan dalam pameran itu
adalah hasil kreativitas mahasiswa Pendidikan Sejarah. Karya dua dimensi sampai
tiga dimensi terpampang dalam ruangan berukuran 50x15 meter tersebut. Poster,
lukisan, dan barang-barang antik, seperti motor tua dan televisi jadul menjadi pemanja
mata pengunjung yang hadir ke pameran. Sedangkan, tiga film dihadirkan untuk
menonton bersama, yakni Mengeja Rindu, Petrus, dan satu film bertemakan
kelaparan di Orde Lama, yaitu Grayak.
Televisi jadul dipamerkan dalam pameran (8/1) |
Acara berlangsung pada 09.00 WIB, dibuka dengan doa
bersama untuk almarhumah Istri Wiji Thukul yakni Siti Dyah Sujirah atau Sipon.
Beliau meninggal pada 5 Januari 2023 lalu, sebagai bentuk penghormatan dan
pengingat, maka dilakukan pemutaran film Mengeja Rindu sebagai
penghormatan kepada beliau.
“Sebenarnya, itu usulan dari Ibu Rhoma (Dosen Pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan hingga Kontemporer), beliau menghendaki adanya film Sipon, karena momentumnya bertepatan setelah istri Wiji Thukul tersebut meninggal” ujar Ilham Kurniawan, ketua pelaksana pameran “Rangkai Revolusi Republik” kepada awak Philosofis. Menurutnya, dengan tayangnya film Mengeja Rindu membuat suasana pameran bertambah emosionalnya.
Seorang pengunjung sedang menulis di spanduk yang disediakan panitia (8/1) |
“Acara ini awalnya kurang emosional, dengan adanya
film yang memperingati tentang almahurmah—Sipon,
Istri Wiji Thukul—sehingga emosi acaranya jadi lengkap,”
tambah Ilham seraya mengatakan panitia juga membuatkan pamflet khusus untuk
Sipon.
Setelah pemutaran film Mengeja Rindu, acara
dilanjutkan dengan diskusi selama kurang lebih satu setengah jam. Dalam
sela-sela diskusi, diselingi dengan hiburan berupa penampilan akustik. Setelah
diskusi selesai diadakan, kemudian sekitar pukul 11.30 WIB, pameran karya resmi
dibuka. Kedua film lain diputar bersamaan dengan pembukaan pameran karya, sehingga
pengunjung mempunyai dua opsi pilihan ketika berkunjung, yakni melihat karya
atau menonton film bareng. Pameran “Rangkai Revolusi Republik” sendiri
selesai dan ditutup pada pukul 15.00 WIB.
Kartiko Bagas
Reporter: Yoga Hanindyatama, Kartiko Bagas
Editor: Zhafran Hilmy