Ilustrasi: Farras Pradana |
Pada perhelatan Academy Award ke-94 atau Piala Oscar 2022, film Drive My Car duduk sebagai salah satu nominasi dalam penghargaan bergengsi tersebut. Film yang berasal dari Jepang itu setidaknya masuk dalam empat nominasi, yakni: Best Director, Best Adapted Screenplay, Best International Film, dan tentu saja yang paling menjanjikan Best Picture. Dari keempat nominasi itu, dalam pengumumannya, Drive My Car hanya memenangkan Best International Film.
Film Drive My Car sendiri
merupakan film yang disutradarai oleh Ryusuke Hamaguci. Cerita dalam film itu
dibangun atau diadaptasi dari cerpen-cerpen Haruki Murakami yang ada dalam buku
Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan (Men Without Women). Menariknya,
setelah tuntas membaca buku Murakami itu dalam bahasa Indonesia (buku itu baru
saja diterbitkan oleh KPG pada April 2022), saya menjadi tahu, bahwa ada
perbedaan antara isi film Drive My Car dengan kumcer Lelaki-Lelaki
Tanpa Perempuan.
Perbedaan itu, kemungkinan,
disebabkan usaha untuk menjahit cerpen-cerpen yang ceritanya berbeda menjadi
satu kisah utuh tersendiri. Sehingga, setiap cerpen diambil bagian atau elemen tertentunya untuk digabung dengan bagian atau elemen cerpen lain. Hasilnya,
cerita dalam film yang tidak lagi sama dengan kumcer (Re: kumpulan cerpen).
Dalam Drive My Car yang
mengadaptasi kumcer Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan, dari tujuh cerpen
yang ada dalam buku—dari pembacaan saya, hanya ada dua cerpen yang
diambil bagian atau elemennya. Dua cerpen itu “Drive My Car” dan “Syahrazad”.
Cerpen pertama itu—yang
judulnya sama dengan judul film, hampir seluruh bagiannya digunakan. Sehingga cerpen
itu bisa disebut menjadi batang utama cerita dalam film. Sementara cerpen kedua
yang disebut, hanya diambil elemennya. Terutama elemen
ketika tokoh perempuan bernama Syahrazad bercerita sesuatu sehabis bercinta
dengan sang narator. Belum lagi, dalam film Drive
My Car, banyak hal ditambahkan dari luar dua cerpen itu. Dengan begitu,
film itu menjadi satu kisah tersendiri yang lain, dan cerpen “Drive My Car”
serta “Syahrazad” tetap mempertahankan “gagasan dirinya” sendiri.
Di sini—dengan meninggalkan
film Drive My Car—akan sedikit dibahas dua cerpen itu, beserta lima
cerpen lain yang ada dalam buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan.
Cara Para Lelaki
Ditinggalkan
Seperti yang telah
disebutkan, Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan berisi tujuh cerpen. Seperti
judulnya, semua cerpen yang ada dalam buku berbicara
soal hidup
para lelaki ketika tidak ada perempuan. Namun, bukan berarti dalam cerita tidak
ada perempuan sama sekali. Yang dimaksud dengan tanpa perempuan adalah: keadaan
ketika para pria itu ditinggalkan oleh para
perempuan setelah menjalin sebuah hubungan. Tetapi, keadaan itu tidak
berlaku bagi cerpen “Samsa Jatuh Cinta”, yang dalam ceritanya—dalam pembacaan
saya, baru memulai untuk menjalin hubungan dengan perempuan. Jadi, cerpen itu
tidak akan masuk ke dalam pembahasan ini.
Enam cerpen yang menuturkan
hidup laki-laki yang ditinggalkan perempuan dimulai dari cerpen “Drive My Car”.
Cerpen ini bertutur menggunakan sudut pandang orang ketiga. Cerpen ini membicarakan tentang seorang pria bernama
Kafuku yang bekerja sebagai aktor (panggung maupun layar kaca). Ia mempunyai istri yang juga seorang aktor. Diketahui, dari
perbincangan Kafuku dengan sopirnya Misaki, bahwa Kafuku menjadi seorang lelaki
tanpa perempuan karena ditinggal istrinya yang wafat. Istri Kafuku meninggal
karena sakit kanker.
Cerpen kedua berjudul
“Yesterday”. Cerpen ini bertutur menggunakan sudut pandang orang pertama
bernama Tanimura. Tanimura menceritakan sepotong kehidupannya saat berteman
dengan Kitaru. Tanimura dan Kitaru bertemu dan kemudian berteman saat kerja
paruh waktu. Di sanalah, Tanimura tahu seluk beluk mengenai
Kitaru.
Bahwa, Kitaru berbicara dengan dialek Kansai (hal itu merupakan sesuatu yang tidak lazim di Jepang), gagal masuk universitas selama dua tahun, sedang les
untuk masuk universitas (tapi tidak serius), dan mempunyai pacar yang akrab
sejak kecil bernama Erika.
Dalam cerpen ini, cerita dibangun dengan tegangan antara Kitaru dan pacarnya. Kitaru dan
Erika kenal sejak kecil dan tumbuh bersama. Mereka seolah-olah
otomatis
menjadi pasangan. Namun, pasca lulus SMA, Kitaru gagal masuk universitas,
sementara Erika berhasil. Di situlah mulai muncul jarak antara keduanya. Yang
satu gagal, yang satu bertumbuh. Apakah hal semacam itu dapat dikatakan Erika
meninggalkan Kitaru? Jawabannya sangat samar-samar. Tetapi, perbedaan itu
memicu sesuatu dalam diri Kitaru. Di bagian selanjutnya, Kitaru tidak jadi
melanjutkan les untuk masuk universitas dan malah belajar memasak. Ia pun berpisah dengan Erika.
Berikutnya
ada cerpen “Organ Mandiri”. Sama seperti cerpen “Yesterday”, cerpen ini
menggunakan sudut pandang orang pertama yang bekerja sebagai penulis bernama
Tanimura (apakah Tanimura yang sama dengan yang ada di “Yesterday”?).
Tanimura menulis kehidupan seorang dokter bedah plastik bernama Tokai.
Tokai ini merupakan seorang
lelaki tua berumur 50-an tahun yang tidak menikah. Meski demikian, ia tetap
menjalin hubungan dengan para perempuan. Ia memacari perempuan yang sudah
beristri atau sudah punya pacar. Ia menjadi orang nomor dua, dan ia menyukai
hal itu. Biasanya, dalam satu waktu itu, ia bisa memiliki dua atau
tiga pacar sekaligus. Namun, para perempuan yang menjadi pacarnya tidak saling
tahu (apakah ia patut disebut berselingkuh dan berbohong?). Dan, ia tidak pernah menaruh perasaan terhadap para perempuan itu.
Suatu kali, Tokai
jatuh cinta terhadap seorang perempuan yang menjadi pacarnya itu. Perempuan itu
sudah bersuami dan mempunyai anak. Tokai benar-benar mencintainya. Sayangnya, perempuan itu tiba-tiba pergi. Menjelang bagian akhir,
diketahui, perempuan itu ternyata pergi dengan lelaki lain. Artinya, selama itu
Tokai dibohongi dan dijadikan pijakkan untuk berselingkuh dengan
pria lain.
Cerpen keempat
ada “Syahrazad”.
Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. Cerpen ini berbicara soal Habara yang dirawat oleh perempuan bersuami—yang oleh Habara
dijuluki, Syahrazad. Sama seperti Syahrazad dalam cerita Seribu Satu Malam,
dalam cerpen ini Syahrazad juga sering menceritakan sesuatu kepada Habara.
Syahrazad adalah perawat
yang merawat Habara, yang tidak bisa keluar dari ruangan (sejauh
yang saya tangkap, tidak dijelaskan karena apa). Ia datang untuk membawakan
bahan masakan, buku, CD/DVD yang dibutuhkan Habara selama tinggal di ruangan
itu. Biasanya, setelah memasukkan menata bawaan untuk Habara, Syahrazad
mengajak orang yang dirawatnya naik ke kasur. Mereka bercinta, dan selepas
bercinta—masih di ranjang—Syahrazad menceritakan sebuah kisah.
Sampai cerpen selesai,
sebenarnya tidak ditunjukkan bahwa Syahrazad meninggalkan Habara. Namun, Habara
merasa cemas, bahwa suatu waktu Syahrazad pergi begitu saja, dan ia tidak bisa
lagi menyimak cerita yang dituturkan Syahrazad selepas bergumul.
Selanjutnya
ada
cerpen berjudul “Kino”, sesuai dengan nama sang narator. Cerpen ini
menggunakan sudut pandang orang pertama. Cerpen ini berbicara
tentang
Kino yang mendapati istrinya tidur dengan teman sekantornya saat ia tengah bekerja. Ketika mengetahui perselingkuhan itu, Kino memutuskan untuk
berhenti dari tempat kerja dan bercerai. Ia lalu memutuskan membuka sebuah bar.
Terakhir, ada cerpen
“Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan”. Cerpen ini mengisahkan seorang protagonis
lelaki yang sudah beristri, di suatu malam ditelepon seorang lelaki lain.
Lelaki lain itu menelepon untuk mengabarkan bahwa istrinya meninggal karena
bunuh diri. Sang protagonis laki-laki itu memang pernah jatuh cinta pada sang
istri lelaki lain yang menelepon saat usianya 14 tahun. Ketika sudah dewasa,
sang protagonis bertemu lagi dengan istri lelaki yang menelepon dan keduanya
menjalin hubungan. Di sini, bisa diketahui, akhirnya sang protagonis dan lelaki
yang menelepon sama-sama kehilangan perempuan yang pernah mereka
cintai.
Cara Para Lelaki Mengenang
Setelah mengetahui
ditinggalkan oleh para perempuan, lalu apa yang
dilakukan para lelaki dalam cerpen-cerpen Murakami?
Dalam cerpen “Syahrazad”,
karena Habara belum benar-benar ditinggal dan hanya mencemaskan andai dirinya
ditinggal, ia kemudian meneruskan kecemasannya itu. Ia membayangkan salah satu
potongan cerita yang dikisahkan Syahrazad padanya. Soal itu tentunya berbeda
dengan para lelaki yang ada di lima cerpen lainnya, yang sudah benar-benar
ditinggalkan.
Kafuku, dalam cerpen “Drive
My Car”, mengingat kepergian mendiang istrinya dengan cara yang cukup unik. Saat berbicara dengan sopirnya Misaki, Kafuku mengatakan bahwa saat istrinya masih hidup,
ia pernah mendapati istrinya selingkuh beberapa kali. Setelah istrinya wafat,
suatu ketika, Kafuku pernah bertemu dengan seorang lelaki yang menjadi
selingkuhan istrinya yang bernama Takatsuki. Kafuku dan Takatsuki kemudian
akrab dan melakukan beberapa kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan itu,
keduanya banyak mengobrolkan mengenai mendiang istri
Kafuku.
Sementara, dalam cerpen
“Yesterday”, nasib Kitaru diceritakan oleh Erika dan Tanimura. Erika dan
Tanimura bertemu selepas tak lagi berhubungan selama bertahun-tahun.
Selayaknya kebanyakan orang yang dipertemukan dalam satu
kurun waktu tertentu oleh sesuatu, serta tidak lantas menjadi akrab, tetapi
kemudian dipertemukan kembali, pertemuan antara Erika dan Tanimura hanya
membahas hal yang menghubungkan mereka, yakni: Kitaru.
Erika menceritakan kalau
Kitaru menjadi juru masak sushi di Kanada. Setiap waktu tertentu, Kitaru selalu
mengirimkan kartu pos kepada Erika. Karena tidak ada penjelasan langsung dari
Kitaru—yang dalam sudut pandang tertentu ditinggalkan, sulit dipastikan
bagaimana perasaannya. Namun, melihat bahwa ia masih mengirim kartu pos kepada
Erika dan masih terhubung, sepertinya tidak ada perasaan yang terlampau sedih
dalam diri Kitaru. Apalagi, jika mengingat, Kitaru memutuskan berhenti les masuk
kuliah secara mendadak.
Sedangkan, dalam cerpen
“Organ Mandiri”, Tokai mengenang perempuan yang meninggalkannya dengan sakit
hati. Ya, sakit hati yang merambah hingga menjadi bentuk sakit fisik.
Tokai—menurut cerita yang dituturkan sekretaris pribadi Tokai kepada Tanimura,
setelah ditinggal perempuan yang dicintainya, tidak lagi bernafsu makan atau
sengaja tidak makan. Tokai juga tidak lagi datang ke kliniknya. Hingga suatu
ketika, si sekretaris menemukannya terkulai lemah di ranjang. Perlahan-lahan
Tokai kehilangan setengah berat badannya dan mati. Cinta kadang memang bisa
membunuh.
Apa yang dialami Tokai tidak
terlalu menyedihkan dibanding Kino dalam cerpen “Kino”. Setelah mengetahui
istrinya berselingkuh dan bercerai, Kino membuka sebuah bar. Ia menikmati
waktunya di bar dengan melayani pelanggan dan mendengarkan musik dari piringan
hitam. Banyak kejadian yang dialami di barnya tersebut. Tak lama setelah
perceraian antara Kino dan (mantan) istrinya berstatus resmi, keduanya bertemu.
Mereka bertemu di barnya Kino. Dalam obrolan yang terbilang singkat itu, Kino
menyadari bahwa, kesimpulan dari hubungannya dengan istrinya tetap akan seperti
itu (bercerai), walaupun alur yang dijalani berbeda.
Terakhir ada protagonis
lelaki dalam “Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan”. Seperti yang telah disebutkan di
atas, setelah ia menerima telepon dari suami perempuan yang dicintainya saat
umur 14 tahun, ia mengenang perempuan itu. Bagaimana ia pertama kali
berinteraksi dengan perempuan itu hingga kemudian jatuh cinta, tapi lama tak
bertemu. Dan ketika bertemu, perempuan itu telah menikah dan punya anak, mereka
kemudian menjalin hubungan gelap.
Sang protagonis lelaki
bertanya-tanya, apakah ia mencintai perempuan itu saat
dewasa atau saat 14 tahun. Kenangan itu berlanjut hingga, ia berempati
pada sang suami perempuan itu. Ia merasa kasihan pada lelaki itu karena
ditinggal pergi oleh sang istri. Ia mengumpamakan, suami dari perempuan itu
sebagai lelaki nomor satu, dan dirinya sebagai lelaki nomor dua. Dalam cerpen
itu terjadi ambivalensi, antara sang protagonis lelaki yang berselingkuh dengan
istri lelaki lain itu, tapi sekaligus berempati. Dan itu terjadi karena
keduanya dihubungkan oleh perempuan yang sama-sama pernah mereka cintai.
Begitulah enam cerpen yang
menuturkan para lelaki yang ditinggal oleh para perempuan dan bagaimana mereka mengenangnya. Dari enam cerpen tersebut, nasib Kitaru agaknya yang
paling mujur. Ia masih dapat berinteraksi dengan Erika dan mempunyai
kemungkinan untuk kembali bersama. Sedangkan nasib paling buruk dialami Tokai
yang dijadikan pijakkan perempuan yang dicintainya untuk
berselingkuh dari orang lain. Cara Kafuku dengan protagonis dalam “Lelaki Tanpa
Perempuan” dalam mengenang kepergian perempuan yang dicintai hampir sama.
Keduanya saling berempati dengan lelaki lain yang juga menjadi pasangan
perempuan yang mereka cintai, meski keduanya punya cara yang
berbeda.
Para lelaki dalam cerpen-cerpen Murakami dalam buku ini agaknya memiliki kesimpulan yang sama. Kesimpulannya adalah sebuah pertanyaan--mengutip ucapan Takatsuki dalam “Drive My Car”: “...apakah mungkin bagi kita untuk sepenuhnya memahami seseorang? Walaupun kita mencintai orang itu dalam-dalam? (h. 34).
Farras Pradana
Editor:
Rachma Syifa Faiza Rachel