Ilustrasi: Rachmad Ganta Semendawai |
Mimpi
Ruang sempit dengan sudut menjamur
Menampakkan diri kala pagi
Sejak lama kau tak mengenalnya lagi
Percakapan tanpa kata-kata
Membungkus jiwamu
Sampai habis semua malam
Kau diam
Berdecit pelan,
meninggalkan punggung yang terlentang
Kau siapa?
Pertanyaan berulang yang kau tanyakan
Mengapa menemani setiap malam sunyi
Ketika bintang dan bulan berlari pergi
Menjelma menjadi abu
Menanggalkan pakaian rumahmu
Pagi, memilih bergelayut manja
Pada selembar selimut tua
Satu, dua, tiga
Tinggal habiskan hari ini saja
Meski terjebak bingkai waktu
Jarum jam memilih melangkah maju
Tiga, dua, satu
Habis sudah nyalamu
Benarkah?
Tidak. Tidak bisa
Di atas tanah yang masih basah
Aku sendiri
Semerbak wangi melati
Menemani hari-hari
Suara dari langit berkumandang lirih
Tetapi doa-doa tak terdengar lagi
Hanya tangisan dari samping kanan dan kiri
Bahkan angin malam yang mengetuk jendela
Kini enggan lagi tuk bersua
Aku tidak bisa marah
Sukmaku sudah payah
Menyadari jika tiada orang mengangkat
Ranting-ranting mimpiku tak lagi bercabang
Menyisakan akar kering kerontang
Membumi bersama tanah gersang
Editor: Farras Pradana