Sekolompok pelajar dibekuk polisi pasca-Aksi Tahta Untuk Rakyat, Jumat (2/10/2020) |
Pasca-melakukan demonstrasi, sekelompok pelajar yang tergabung dalam Aksi Tahta Untuk Rakyat, ditangkap oleh pihak kepolisian, Jumat (2/10/2020). Sebelumnya, para pelajar sempat membubarkan barisan terlebih dahulu menjelang berakhirnya demonstrasi. Pukul 16.30 WIB, massa aksi pelajar berjalan pulang ke arah utara dari titik lokasi aksi di Jalan Kusumanegara, tepatnya di depan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST).
Setelah pembacaan sikap dari Koalisi Masyarakat Resah sekitar pukul 17:00 WIB, unjuk rasa pun secara resmi berakhir. Namun, mendadak dua pelajar laki-laki kembali ke lokasi aksi.
Mereka
memberi laporan kepada barisan mahasiswa bahwa teman-teman pelajar
ditangkap oleh polisi. Dua pelajar itu sekelebat kemudian menghilang. Selang
tak lama, muncul pula dua pelajar perempuan. Dua pelajar tersebut menyampaikan
hal yang serupa dengan kesaksian sebelumnya, salah satunya bernama Listania.
"Banyak
banget yang ditangkap, tidak hanya satu. Ada yang berseragam, ada yang
tidak," tuturnya, diselingi interupsi dari
mahasiswa-mahasiswa yang mengerumuni mereka.
Pelajar
Beraksi Sebelum Tertangkap
Sejak
pukul 15:00 WIB, para pelajar terlihat berada satu gerbong bersama mahasiswa
dan elemen masa aksi lainnya. Aksi yang bertajuk #Kusumanegaraberdering ini
mengawali aksi dari Balaikota. Sekitar pukul 15:30 massa aksi pun
melangsungkan long march di sekitar Jalan Kusumanegara.
Selepas itu massa aksi kembali ke Balaikota, membentuk lingkaran dan memenuhi
jalan.
Satu
persatu perwakilan dari setiap kampus maupun elemen yang terlibat diberi
kesempatan untuk berorasi, termasuk satu orang dari perwakilan pelajar. Ialah
Safarudin Saleh (15) yang tampil berorasi. Dengan bahasa Jawa Ngoko, ia
berbicara lantang tentang pandangannya soal Covid-19 dan penanganannya.
Ditemui
setelah orasi, di sela-sela aksi, ia mengatakan dirinya sudah beberapa kali
ikut dalam demonstrasi di Yogyakarta. Terkait dengan banyaknya pelajar yang
ikut aksi, ia menuturkan bahwa sekarang pelajar sudah
berkonsolidasi lewat grup-grup Whatsapp "Pelajar
Bergerak".
Koordinator
Aksi Tahta Untuk Rakyat dari elemen pelajar, Tio (bukan nama asli),
mengkonfirmasi adanya konsolidasi pelajar lewat grup Whatsapp "Pelajar
Bergerak". Ia menjelaskan bahwa grup tersebut digunakannya untuk
menggerakkan pelajar-pelajar yang peduli dengan situasi negara. Dari grup
itulah berikut hari, informasi terkait agenda unjuk rasa Tahta Untuk Rakyat
dibagikan.
Tio
juga menjelaskan alasan keterlibatannya dalam aksi tersebut. "Kalau saya
sendiri karena Pilkada ini mau diadakan. Padahal banyak kegiatan yang
memungkinkan untuk memunculkan kluster baru (Covid-19).” Pemuda yang masih
duduk di Bangku Sekolah Menengah Atas ini resah dengan langkah negara yang
mementingkan Pilkada sebagai agenda prioritas.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan terdapat kemauan pelajar untuk peduli sesama, "Gerakan pelajar menurut saya sudah bagus, banyak yang peduli sesama manusia" ucapnya. Sebelum mengakhiri wawancara ia juga menyampaikan harapannya agar berikut hari gerakkan tetap berlanjut dan semakin solid.
Sekelompok pelajar secara acak di tangkap oleh Polisi dan dibawa ke Polresta Yogyakarta |
Sekelompok Pelajar Ditangkap
Hari
mendekati gelap tatkala wartawan Philosofis menjumpai mobil pick up polisi yang
mengangkut beberapa pelajar di daerah timur XT Square. Wartawan kami lantas
mengikuti mobil tersebut sampai akhirnya berhenti di Polresta
Yogyakarta. Di sana, terlihat beberapa pelajar digelandangkan, seraya berjejer menyamping.
Menurut Kasubag Dalops Polresta Yogyakarta, Hatta Hazarudin, para pelajar yang pulang meninggalkan aksi terbagi
menjadi dua, ke timur dan ke barat simpang empat Balaikota. Dalam perjalanan
tersebut, polisi mengaku secara tiba-tiba mendapati lemparan batu dari arah
pelajar.
"Sekitar
ada lima batu yang dilempar ke arah petugas kami. Karena kami dilempari,
akhirnya petugas (mengambil) langkah mengamankan teman-teman yang berpakaian
seragam pakaian putih abu-abu," tambahnya.
Menurut
kesaksian empat pelajar yang berkisah tentang insiden penangkapan tersebut,
mereka mengaku sejatinya tidak mengetahui siapa yang melempar batu. Mereka
hanya menyampaikan bahwa teman-teman mereka sesama pelajar ditangkap polisi.
"Aku
itu di belakang sendiri. Yang di depan itu ada yang lempar batu, tapi aku tidak
tahu siapa yang lempar," ujar salah seorang pelajar laki-laki yang kembali
ke titik aksi.
Koordinator
Umum Koalisi Masyarakat Resah, Asfar Yakibuntung, menyampaikan ada indikasi
provokasi dari okum tak bertanggung jawab. Lebih jauh, ia juga mengaku tidak
mengetahui siapa oknum yang melakukan pelemparan tersebut.
Terlepas
dari itu, terdapat catatan kekerasan dalam proses penangkapan oleh pihak
kepolisian terhadap sekelompok pelajar tersebut. Hal ini dikisahkan olah
Listania, "Aku lihat di depan mataku, (ada yang) sampai dijegal, dipukuli.
Terus aku bilang, 'Pak, bisa dilaporin'. Malah polisinya bilang, 'laporin
apa?'"
Hal
yang serupa kembali dituturkan Asfar Yakibuntung. "Warga
melihatnya mereka (para pelajar) dikejar dan dipukul dan dimasukkan ke dalam
mobil," kisahnya pasca-menemui masyarakat di lokasi terjadinya penangkapan
para pelajar.
Saksi
mata yang melihat penangkapan, Mario Adhi Bahendra menuturkan, ia melihat tiga
anak dimasukkan ke dalam mobil patroli. Dalam keadaan itu, ia juga menyaksikan
beberapa warga terlihat emosi.
Kehadiran
warga saat proses penangkapan pelajar dikonfirmasi oleh Amel (24), seorang
penjual Wedang Bajigur di Jalan Kenari. Ia berujar, kala ia menjaga
dagangannya ada gerombolan pelajar, sekitar sepuluh orang lari-lari di
jalan. Ia melihat pelajar di depan angkringan ditangkap. "Awalnya hanya ada polisi yang naik
motor, terus datang mobil polisi. Lalu pelajar yang ditangkap disuruh masuk mobil
polisi itu. Kemudian, warga sini ada yang bantuin nyari di
gang-gang," imbuhnya.
Pelajar
Akhirnya Dibebaskan
Para
pelajar yang tertangkap, total berjumlah 33 orang. Mereka diperiksa di halaman
Polresta. Mulai dari menuliskan identitas, setiap gawai dicek, hingga kemudian
mereka dipilah berdasarkan jenjang sekolah.
Tak
dibiarkan sendirian, di hari yang sama kawan-kawan dari Koalisi Masyarakat
Resah datang ke Polresta untuk menemani para pelajar. Mereka meminta keterangan
dari pihak kepolisian. Namun, polisi, dengan alasan bahwa para pelajar sudah
berpisah jauh dari massa aksi, maka insiden tersebut bukan lagi menjadi
tanggung jawab Koalisi Masyarakat Resah.
Setelah dilakukan pemeriksaan sampai sekitar 21:30 WIB, para pelajar akhirnya dibebaskan. Hal ini karena hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya indikasi tindak pidana dan korban dalam insiden tersebut. Selain itu pelajar-pelajar tersebut juga dilepaskan karena hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya keterlibatan mereka dalam insiden pelemparan batu ke arah polisi. Hatta Hazarudin juga menjelaskan bahwa kepolisian belum mengetahui siapa yang melakukan tindak pelemparan batu.
Sedangkan Asfar Yakipuntung yang menemani para pelajar di Polresta Yogyakarta berharap segera mengetahui siapa oknum provokator yang berada di balik pelemparan batu. "Kita belum mengetahui, apakah itu benar-benar pelajar atau oknum yang lain?" ucapnya menutup wawancara.
Farras Pradana
Farras Pradana, Rachmad Ganta, Dissara, Nadiah Nur Azizah
Editor: Dissara