Edo (37) tampil sebagai juru bahasa isyarat selama aksi International Women's Day Yogyakarta (8/3/2020)
|
Pemandangan menarik mewarnai selama serangkaian aksi International Women’s Day (IWD) Yogyakarta (8/3/2020). Bertajuk long march dari Jl. Abu Bakar Ali hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta, aksi ini menampilkan seorang juru bahasa isyarat untuk penyandang tunarungu dan tunawicara.
Hal ini tidak mengherankan, mengingat aksi ini juga turut mencanangkan isu pemenuhan keadilan untuk difabel dalam tuntutannya. Khususnya penghentian stigma terhadap perempuan difabel.
“Isu perempuan disabilitas perlu kita rangkul. Disabilitas pun (banyak) ragam dan kebutuhannya. Ada yang kebutuhan aksesibilitas jalan, kebutuhan akses informasi.” Demikianlah ujar Edo (37), massa aksi yang berperan sebagai juru bahasa isyarat dalam demonstrasi IWD Yogyakarta 2020. Ia mempertegas pentingnya solidaritas masyarakat dalam jejaring lintas isu dalam aksi massa.
Pria yang tergabung dalam komunitas Plush (People Like Us Satu Hati) ini, mengungkapkan bahwa salah seorang massa aksi membutuhkan bantuan penerjemah bahasa isyarat. Oleh karena itu, ia yang fokus dalam isu disabilitas turut mengambil peran juru bahasa isyarat dalam aksi tersebut.
Edo juga berharap agar berikut hari gerakan massa turut merangkul berbagai macam kelompok yang selama ini tersembunyi. Termasuk kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) agar gerakkan makin masif sampai akar rumput dan makin inklusif.
Sebelum mengakhiri wawancara, ia menekankan pentingnya belajar bahasa isyarat. “Kita memang beda, tapi tidak untuk dibeda-bedakan. Khusus untuk teman-teman LGBTQ. (Teruntuk) kalangan tuli, salah satu akses (yang dibutuhkan) mereka adalah juru bahasa isyarat, maka ayo kita belajar bahasa isyarat pada teman-teman tuli di sekitar kita.” Tandasnya
Reporter: Yoga Hanindiyatama, Rachma Syifa Faiza, Dewi Maryani, Dewangga Putra Mikola
*Tulisan ini merupakan bagian dari serangkaian program magang LPM Philosofis