“Selama awal, tengah dan ending (akhir-red) kondusif dan kooperatif, maka selaku orang olahraga saya akan mengatakan: ‘Jalan terus’. Makanya nanti kita lihat, kalau kondusif ya kita lanjutkan. Kata kuncinya adalah kondusif.”-Sumaryanto (Wakil Rektor III)
Keriuhan terlihat di Gelanggang Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (GOR UNY), pada Selasa (20/8). Puluhan mahasiswa dari berbagai Organisasi Mahasiswa (Ormawa) UNY hadir dan meramaikan acara yang bertajuk “Parade Ormawa”. Acara tersebut merupakan salah satu agenda tahunan, yang digelar oleh panitia Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) UNY.
Layaknya tahun-tahun sebelumnya, puluhan Ormawa dari berbagai fakultas menunjukkan ciri khas dan jargonnya masing-masing. Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, Ormawa-ormawa tetap menyuarakan “Keresahan” mereka kepada kampus melalui berbagai round text dan orasi. Walau tak dipungkiri, tetap ada pembatasan terhadap isu yang mereka suarakan. Salah satunya melalui penyitaan beberapa round text yang dialami oleh Ormawa Fakultas Ilmu Sosial (FIS).
Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Koordinator PKKMB UNY, Satria Yudhistira. “Dari teman-teman panitia PKKMB memang kita berusaha berlaku profesional untuk (menyita) round text seperti itu. Akan tetapi, tetap kami berikan alternatif lain untuk Ormawa FIS (agar-red) bisa diberikan narasi-narasi yang berbeda” Tandasnya.
Ia juga menambahkan bahwa penarikan round text sebenarnya adalah permintaan fakultas. “Itu dari permintaan fakultas-fakultas sebenarnya. Jadi sistematikanya itu, melalui pengajuan draft ke birokrat, tapi waktu itu dicoret banyak banget, ya sudah tersampaikan apa adanya.” Jelasnya yang ditemui pasca-acara.
FIS sendiri mengangkat tagline “FIS Kembali, Panjang Umur Pergerakan” dalam Parade Ormawa siang itu. Round text berukuran besar yang bertuliskan tagline tersebut, dibentangkan dalam GOR UNY. Khairuddin Ahmad, selaku Ketua BEM FIS, yang ditemui secara terpisah menjelaskan maksud dari tagline yang mereka konsepkan.
“Yang ingin kami sampaikan adalah bahwa UNY hari ini sedang tidak baik-baik saja.” Ungkap dari mahasiswa yang akrab disapa Aka tersebut.
Lebih jauh, ia juga menjelaskan bahwa hari ini birokrasi sering membuat kebijakan secara sepihak, tanpa terlebih dahulu beraudiensi maupun melakukan penyuluhan ke mahasiswa.
“Ada Maba (Mahasiswa Baru) yang awalnya mengisi nol rupiah untuk uang pangkal, tapi akhirnya ia harus membayar lima juta. Kemudian untuk Maba Seleksi Mandiri, mereka langsung dikenai UKT (Uang Kuliah Tunggal) golongan 3 dan itu tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Ini sangat disayangkan, makanya semua fakultas tadi juga menolak,” tambahnya.
Senada dengan FIS, kritikan terhadap birokrasi muncul pula dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), meski dengan narasi yang berbeda. Wildan Maulana Adicandra, Ketua BEM FIP misalnya. Dirinya menyatakan bahwa secara spesifik ia mengkritik perilaku Rektor. Menurutnya, yang dilakukan oleh Rektor UNY selama ini belum merepresentasikan diri sebagai rektor kampus pendidikan.
“Kritik kami lebih ke bagaimana Pak Rektor itu mem-branding dirinya pribadi, namun ia melupakan esensi-esensi bahwa sebenarnya UNY ini kampus pendidikan.” Ujar Wildan.
Mahasiswa yang mengenyam studi di Jurusan Administrasi Pendidikan angkatan 2016 tersebut juga menambahkan bahwa secara pribadi ia tidak mempermasalahkan jika seorang Rektor menunjukkan kedekatan dengan mahasiswanya. Namun, harus ada juga kesan yang disampaikan bahwa ia seorang pemimpin kampus pendidikan dan bukan hanya pencitraan semata.
Sementara dari pihak birokrasi yang ditemui dalam keriuhan acara menjelaskan bahwa mereka tetap menerima segala bentuk kritikan. Melalui Wakil Rektor III, Sumaryanto, ia menyampaikan bahwa pihak birokrasi tetap menyambut baik segala bentuk kritik dari Ormawa.
“Selama itu masih kondusif ya nggakpapa. Karena menurut kami itu juga masukan, yang nantinya kami dengarkan dan sebagai bahan introspeksi kami.” Jelasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa pihaknya tetap menoleransi segala bentuk kritik dalam Parade Ormawa, selama acara tetap berjalan kondusif.
“Selama awal, tengah dan ending (akhir-red) kondusif dan kooperatif, maka selaku orang olahraga saya akan mengatakan: ‘Jalan terus’. Makanya nanti kita lihat, kalau kondusif ya kita lanjutkan. Kata kuncinya adalah kondusif.” Tutupnya.
Ahmad Effendi
Reporter: Ahmad Effendi dan Azizatul Hafidah
Editor: Rachmad Ganta Semendawai dan Abidatu Lintang Pradipta